Dengan demikian, pemahaman polisemi menjadi fondasi penting dalam meresapi makna Al-Qur'an secara menyeluruh, memberikan wawasan mendalam bagi para pelajar yang tengah meniti ilmu agama.
Dokumentasi
Jombang, 9 Januari 2024, tepat pukul 09.00 WIB, Ma'had 'Aly Darul Ulum menyuguhkan nuansa khidmat dan semangat pembelajaran dalam Muhadhoroh Ammah. Lantai 2 Sekretaris Pondok Pesantren Darul Ulum menjadi saksi awal kehadiran yang dipenuhi doa bersama dalam istighosah, sebelum acara dimulai. Para pengasuh, guru-guru, serta siswa siswi Darul Ulum ikut meramaikan momen penting ini.
Suasana khidmat semakin terasa ketika nuansa ayat suci Al-Qur'an memenuhi ruangan, memberikan pukulan awal yang penuh makna. Muhadharah diawali dengan sambutan hangat dari Mudir Ma'had 'Aly Darul Ulum, membawa suasana semakin terasa kental dengan semangat ilmiah.
Namun, sorotan utama berada pada sambutan Prof. Dr. Hafidz Abdurrahman, pembicara utama yang bijaksana. Dengan kata-kata yang memukau, beliau membimbing kita memahami pentingnya pemahaman kata polisemi dalam bahasa Arab, terutama bagi mereka yang menjelajahi ilmu Al-Qur'an. Inilah gambaran pembukaan yang memikat dari Muhadhoroh Ammah, sebuah perjalanan intelektual yang diwarnai kekhusukan, semangat pembelajaran.
Pemahaman kata polisemi menjadi hal yang sangat penting bagi para pelajar, khususnya yang menekuni ilmu al-Qur'an. Poin ini terangkat dalam muhadharah ammah yang telah terselenggara diselenggarakan dimana telah disampaikan oleh Syeikh al-Muhaqqiq Prof. Dr. Hafidz Abdurrahman Muhammad bin Khoir. Beliau, yang menjabat sebagai wakil rektor fakultas syari'ah di Jami'ah Imam Malik Abu Dhabi dan mudir Markaz Ma'had tahfidz Syeikh Hamdan bin Rasyid di Dubai, Uni Emirate Arab, memberikan penekanan pada kebutuhan mempelajari bahasa Arab.
Bahasa Arab dianggap sangat esensial mengingat umat Islam memiliki Al-Qur'an dan hadis sebagai panduan utama dalam agama Islam. Keduanya disajikan dalam bahasa Arab, sehingga pemahaman bahasa ini menjadi kunci untuk meresapi makna dan hukum yang terkandung di dalamnya. Tanpa pemahaman bahasa Arab, akan sulit bagi umat Islam memahami kedalaman Al-Qur'an, yang juga berfungsi sebagai sumber hukum dalam agama Islam.
Beliau menekankan bahwa satu kata dalam bahasa Arab dapat memiliki berbagai makna, terutama dalam musytarak lafdzi atau polisemi. Hal ini menciptakan perbedaan interpretasi di antara para mufassir. Menurutnya, musytarak lafdzi bisa terdapat pada isim, fi'il, dan huruf. Dalam penjelasannya, Syeikh al-Muhaqqiq memberikan contoh pada kata "istiwa" dalam Al-Qur'an yang memiliki 15 makna.
Tidak hanya pada fi'il, namun contoh pada kalimat huruf juga disoroti. Sebagai contoh, huruf ba' dalam kalimat Arab فامسحوا بروءسكم (menimbulkan perbedaan pendapat mengenai hukum mengusap kepala dalam berwudlu) menciptakan perbedaan di antara Imam Syafi'i dan ulama lainnya.
Contoh pada kalimat isim juga dibahas, seperti kata "al-quru" pada ayat Wal-muṭallaqātu yatarabbaṣna bi`anfusihinna ṡalāṡata qurū. Al-quru di sini bisa didefinisikan sebagai masa suci ataupun haid, menunjukkan kompleksitas makna yang bisa dimiliki satu kata dalam konteks Al-Qur'an.
Adapun cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa itu adalah sebuah kalimat isytirak lafdzy yakni dengan mencari penjelasan dari ayat lain melalui tafsir Al-Qur'an bil Qur'an, mengetahui penjelasan dari mufassirin yang lain, serta mengetahui bahasa yang sering digunakan dan yang minim digunakan. Dan cara-cara ini telah disepakati oleh para ulama tafsir. Dan Beliau juga menuturkan bahwa dengan melihat qorinah lafdziyah dan haliyah itu dapat membantu dalam memahami polisemi dalam Al-Qur'an.
Dengan demikian, pemahaman polisemi menjadi fondasi penting dalam meresapi makna Al-Qur'an secara menyeluruh, memberikan wawasan mendalam bagi para pelajar yang tengah meniti ilmu agama.
Silfia Childa
(Mahasantri Semester 4)
Tim Media Ma'had Aly Darul Ulum Jombang
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
